Dari sekian orang bakal calon Bupati atau wakil Bupati yang muncul saat ini dan memantapkan diri untuk maju dalam Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Majalengka 2018 mendatang salah satunya adalah Drs.H.M.Taufan Ansyar. Untuk mengenal lebih dekat siapakah sosok Taufan Ansyar yang di lingkungan tempat kelahirannya dikenal dengan H. Toto itu, berikut wawancara Sinarmedia disela-sela kegiatan turnamen bola volly antar club Perisai Angkasa Cup sekabupaten Majalengka – Sumedang belum lama ini.
H.M. Taufan Ansyar merupakan putra daerah Majalengka tepatnya dari Desa Burujul Kulon Kecamatan Jatiwangi yang lahir 53 tahun yang lalu. Ia merupakan putra dari purnawirawan anggota TNI AU H. Anjar Asari (almarhum) dan Hj. Oom Komasih. Alumni SMPN I Jatiwangi itu kini telah dikaruniai tiga orang anak dari pernikahannya dengan Hj. Yenni Suharyani yakni Moh. Resha Yudiestira S.Hum, Febriansyah Rahman Wibisana SE. dan Ananda Nuryasyfa.

Di mata para tetangganya di Jatiwangi dan teman-teman semasa sekolahnya di SMP dan SMAN I Jatiwangi, ia dikenal sebagai sosok yang rendah hati, supel, pekerja keras dan berjiwa sosial tinggi. Walaupun kini telah menjelma menjadi sosok pengusaha sukses namun sikapnya tersebut tidak berubah malah nampak semakin matang dan mumpuni untuk menjadi pemimpin.
Makanya tak heran apabila kemudian banyak dorongan dan dukungan dari masyarakat termasuk dari para teman-temannya semasa SMP dan SMA untuk turut serta berkiprah memajukan Kabupaten Majalengka. Dukungan tersebut seolah menjadi modal dan motivasi bagi dirinya untuk memberanikan diri turut serta dalam Pemilukada atau pemilihan Bupati yang akan digelar tahun 2018 mendatang.
“Banyak orang yang menghubungi saya baik secara langsung maupun melalui telepon mulai dari saudara, sahabat bahkan orang yang tidak dikenal memberi support agar saya ikut membangun Majalengka“, ujar Taufan.
Taufan yang selama ini jauh dari hingar bingar politik dan hanya fokus sebagai pelaku bisnis nampaknya sangat serius untuk maju sebagai salah seorang kandidat calon Bupati, hal ini ditunjukan dengan telah dilakukanya komunikasi non formal dengan para sahabatnya yang aktif di partai politik (parpol).
“Kita sudah melakukan komunikasi non formal dengan teman-teman dari parpol dan sudah ada partai yang menawari,” akunya.
Menurutnya, membangun Majalengka menjadi daerah yang maju tentu tidaklah mudah namun dengan potensi sumber daya alam dan potensi geografis yang dimiliki Majalengka, ia yakin jika digali dan diberdayakan secara optimal Majalengka pasti bisa sejajar dengan daerah lain yang telah lebih dulu maju.
Ditegaskannya, Majalengka sebenarnya memiliki pontensi sumber daya alam yang besar dan potensi geografis yang sangat strategis yang perlu dioptimalkan untuk menggenjot peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena tidak mungkin kita akan bisa menyejahterakan masyarakat kalau kita tidak mempunyai uang, apalagi ke depan kita tidak bisa lagi mengandalkan bantuan dari pusat, tiada pilihan lain selain harus mandiri dan PAD Majalengka harus surplus sehingga masyarakat bisa lebih sejahtera.
Selain meningkatkan PAD hal yang mendapat perhatian Taufan adalah masalah kemudahan berinvestasi. Sebagai pengusaha ia pernah merasakan adanya birokrasi yang berbelit-belit dari suatu instansi di kota tempat ia melakukan aktifitas bisnis. Untuk itu apabila ia dipercaya oleh rakyat ia akan mempermudah perijinan agar banyak investasi yang masuk ke Majalengka. Karena Majalengka tidak akan maju tanpa kehadiran dari para investor.
Jadi sepanjang memenuhi persyaratan maka sudah seharusnya masalah perijinan bisa diproses dengan cepat. Bagi pelaku bisnis ketepatan waktu sangat penting karena menyangkut kredibilitas perusahaannya di mata pihak lain/customer/klien dan bahkan perbankan. Untuk itu ia mempunyai gagasan kalau masalah perijinan itu bisa dilakukan secara online mengurangi adanya pertemuan langsung antara birokrat dengan pengusaha.
“Saya mempunyai impian agar Majalengka kelak menjadi barometer bisnis Indonesia khususnya di Jawa Barat,” ujar alumni SD Burujulwetan ini.
Taufan juga menyoroti masalah APBD, menurutnya masalah APBD harus dilakukan secara transparan. Karena sumber APBD adalah uang rakyat sehinga rakyat sebagai pemilik uang harus bisa mengawasinya, rakyat harus bisa mengetahui berapa APBD Majalengka dan alokasinya kemana saja. Menurutnya, Bupati tidak perlu bermain APBD karena sudah mendapat gaji dan tunjangan yang cukup besar. Bupati cukup memposisikan diri sebagai manajer saja sesuai dengan tupoksi dan kewenangan yang melekat padanya.
“Saya tahu Bupati itu memperoleh tunjangan dan gaji yang cukup besar jadi cukuplah tidak perlu bermain APBD atau bermain proyek, apalagi secara pribadi ekonomi saya lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarga,” ujarnya.
Menurut pria alumni SMAN Jatiwangi 1981 ini, masih banyak program-program yang ingin dilakukannya dalam upaya memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ia melihat ketiga hal itu harus dipacu karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Pengusaha Sukses
Nama HM. Taufan bukanlah nama asing bagi para pengusaha penerbangan di tanah air bahkan di luar negeri mulai Asia, Austaralia, Eropa hingga Amerika Serikat. Namanya sudah cukup populer di kalangan industri penerbangan karena ia merupakan pengusaha yang bergerak di bidang suku cadang pesawat terbang.
Dibawah naungan perusahaan PT. Perisai Angkasa dan PT. Nusantara Airpart yang didirikannya dimana ia duduk sebagai Komisaris Utama, Taufan berhasil meraih sukses berkat kerja keras dan kegigihannya dalam menjalankan usahanya. Namun kesuksesan yang diraihnya saat ini tidak diperoleh begitu saja namun melalui perjuangan panjang dan berliku plus dengan berbagai hambatan dan rintangan yang pernah ia hadapi.
Taufan yang pernah bercita-cita ingin menjadi tentara itu kini juga telah melebarkan sayapnya merambah usaha ke bidang lain diantaranya properti, jasa penyediaan tenaga security (Satpam) dan jasa perparkiran dan sejak 3 tahun terakhir diapun menjalankan usaha pabrik genteng Perisai Angkasa yang berlokasi di desa Burujul Wetan Jatiwangi. Sebelum itu ia juga pernah menekuni berbagai profesi yakni karyawan PT. Dirgantara Indonesia (DI), karyawan di industri tekstil bahkan pernah ikut bisnis Multi Level Marketing (MLM).
UsahaTak Selalu Butuh Uang
Banyak orang beralasan tidak bisa menjalankan usaha karena tidak punya uang atau modal, ini dibantah oleh Taufan yang sudah merasakan bahwa uang bukan yang utama dalam berbisnis, buktinya dengan modal keberanian dan kegigihan ia berhasil menjadi pengusaha sukses.
Dikatakannya, bukan pengusaha kalau tidak pernah mengalami kegagalan, sepanjang ia menjalani bisnis sudah beberapa kali mengalami yang namanya gagal. Kunci bisnis dalam menghadapi kegagalan adalah jangan kapok untuk berusaha lagi. Menurutnya, hidup adalah pilihan maka ketika kita mau terjun ke dunia bisnis yang utama harus disiapkan adalah mental.
Menurutnya, ada tiga kemungkinan yang akan dihadapi oleh orang yang terjun ke dunia bisnis , pertama kehidupannya akan tetap seperti sebelumnya, kedua akan lebih terpuruk dari sebelumnya dan yang ketiga akan lebih sukses dari sebelumnya. Setiap pelaku bisnis pasti tujuannya adalah memperoleh keuntungan tetapi ketika kenyataannya kita dihadapkan pada kerugian, kita harus bangkit jangan kapok dan mencoba lagi.
Diakuinya, ia pernah berada pada titik nadir dalam hidupnya, setelah terkena PHK di PT. DI pada tahun 1999 akibat dilanda krisis moneter dan selanjutnya ia bekerja di industri tekstil selama tiga tahun. Ia sempat bingung hendak usaha apa setelah beberapa usaha yang dijalaninya gagal. Dibalik kegagalannya Ia mempunyai keyakinan bahwa ia harus sukses dan mapan di usia 40 tahun.
Dibalik kebingungan memikirkan tentang usaha yang akan dijalaninya, Taufan membangun jaringan dan bersilaturahmi dengan teman-teman lamanya di PT DI yang sudah lebih dulu berkecimpung di bisnis suku cadang pesawat terbang. Menurutnya bisnis ini menarik karena tidak digeluti banyak orang seperti usaha suku cadang motor atau mobil.
Walaupun tidak mempunyai uang namun dengan berbekal pengalamanya di PT. DI selama dua dekade di bagian perencanaan, ia memberanikan diri membuka jaringan ke industri penyediaan suku cadang pesawat militer. Taufan memilih pangsa pasar penerbangan militer karena berdasarkan pertimbangannya usaha dibidang itu tidak akan ada matinya karena dibiayai oleh negara.
Taufan mengawali bisnis tanpa modal. Ketika itu modalnya hanya dengan membuka buku telepon rumah atau “yellow page”. Dengan penuh percaya diri ia menelepon beberapa kantor penyuplai suku cadang pesawat hingga ada satu yang merespon dan tertarik dengan ide dan konsep yang ditawarkannya.
“Ada satu perusahaan di Bogor yang tertarik dengan saya, tapi saya tidak mengusai komputer. Saat itu hanya bermodalkan keberanian saja saya datang ke kantornya, namun sebelum saya datang ke kantor perusahaan itu saya ke warnet dulu minta dibuatkan email biar kesannya serius,” ujarnya mengenang masa lalu.
Demi menjalankan bisnis barunya, Taufan terpaksa harus rela meninggalkan anak istrinya yang tinggal di Bandung hijrah ke Bogor. Dari sinilah ia mulai membuka jaringan bisnisnya secara bertahap di instansi pemerintah yang banyak mengoperasikan pesawat militer. Dengan bermodalkan keberanian dan sepeda motor bebek inventaris dari kantornya, Taufan harus bolak-balok dari Bogor ke Cilangkap.
Kerja keras dan kegigihannya tidak sia-sia, satu persatu proyek didapatnya. Kepercayaan yang didapat dari dari sesama rekanan maupun dari instansi pemerintah memacu dirinya untuk belajar lebih baik lagi.
“Bisnis suku cadang pesawat terbang hampir 100 persen impor, untuk itu kalau ingin eksis harus melek teknologi, ya saya harus terus belajar dan banyak menjalin komunikasi dengan dengan principal di luar negeri dan alhamdulillah sekarang saya sudah banyak pegang keagenan baik dari UK, Serbia, Bulgaria dan USA,” bebernya.
Pada pertengahan tahun 2004 ia memutuskan untuk keluar dari perusahaannya di Bogor. Ia sempat mendapat tawaran dari beberapa perusahaan swasta yang memintanya bekerja dengan gaji dan fasilitas menjanjikan namun semua tawaran itu ditolaknya karena dia sudah mempunyai pilihan untuk tidak lagi bekerja pada orang lain tapi memilih berpartner kerja dengan sistem bagi hasil.
“Posisi kita lebih seimbang dan hasilnya lebih adil,” papar Taufan seraya menyebutkan ia menjalani kerjasama dengan pengusaha dari Jakarta itu hingga tahun 2009.
Merasa cukup mempunyai modal akhirnya ia memberanikan diri membuka perusahaan sendiri dengan nama PT. Perisai Angkasa dan selanjutnya PT. Nusantara Airparts. Kini perusahaannya telah berkembang pesat dan banyak berhubungan dengan maskapai penerbangan luar negeri. Dalam upaya melebarkan sayap bisnisnya kini perusahaannya tengah merintis untuk membangun bengkel dan workshop yang mampu melakukan perbaikan/overhaul suku cadang Landing Gear (roda) pesawat.
Diakhir obrolannya, Taufan mengungkapkan bahwa mitos bisnis itu selalu butuh uang sudah dipatahkan.Target hidup mapan kini sudah dicapainya Ia berharap anak-anaknya yang kini sudah mulai beranjak dewasa bahkan salah satu anaknya sudah menikah dan memberikan seorang cucu bisa lebih baik dari dirinya. Dalam prinsip hidupnya ia berkeinginan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain yang ada di lingkunganya terutama bagi masyarakat di kampung halamannya Majalengka.***
5,310 total views, 2 views today
More Stories
Mutasi Kadinkes Majalengka Dipertanyakan
Sejumlah Proyek Juksung Mangkrak juga.
Jalan Cikijing-Kuningan Ditutup Akibat Longsor